Terompet khas seperti tanduk kijang hutan begitu popular di Piala Dunia 2010. Tapi kerusakan pendengaran dikhawatirkan terjadi di seluruh dunia, karena alat ini mulai menyebar keluar Afrika Selatan.
Studi yang dilaporkan South African Medical Journal menyebut penetrasi suara yang dikeluarkan dari terompet plastik sepanjang 39 inci bernama vuvuzela saat playoff bisa merusak pendengaran para pemain, wasit bahkan aparat keamanan.
Hal itu akibat ribuan penonton yang berjejalan di Stadium Loftus Versfeld yang membunyikan secara beramai-ramai.
Peneliti asal Afrika Selatan menemukan suara di stadion telah ‘mencapat tingkat berbahaya’ dengan rata-rata 131 desibel hingga 144 desibel. Dalam level ini, kerusakan permanen bisa terjadi jika didengar secara terus menerus selama 15 menit. Di lain pihak, rata-rata permainan sepakbola berlangsung selama satu setengah jam.
Sebagai perbandingan, bunyi klakson truk rata-rata memiliki tingkat kebisingan 95 hingga 100 desibel, berdasarkan studi dari ahli audio dan ahli lain di Division of Applied Research and Technology di National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). Sebuah jet yang lepas landas memiliki tingkat kebisingan hingga 120 desibel.
Di Amerika Serikat misalnya, Occupational Safety and Health Administration (OSHA) menetapkan secara spesifik bahwa pekerja hanya boleh terkena paparan kebisingan hingga 90 desibel selama 8 jam kerja setiap hari.
Suara yang menyebabkan hilangnya pendengaran dapat dihindari 100%, namun jika terlambat, kehilangan pendengaran dapat terjadi permanen dan tidak dapat diobati.
Sejalan dengan perayaan Piala Dunia, bahaya semakin tinggi karena ribuan vuvuzela ditiup pada saat yang sama sepanjang pertandingan. “Kehilangan fungsi pendengaran akibat suara adalah karena kondisi kerusakan syaraf atau sensorieural akibat bunyi berlebihan,” ujar ahli dari NIOSH.
Kehilangan fungsi pendengaran akibat suara disebabkan oleh kerusakan pada sel syaraf telinga bagian dalam (cochlea). Tidak sama seperti penyakit pendengaran lainnya kerusakan tersebut tidak dapat diobati secara medis.
Terlalu banyak kebisingan dapat menyebabkan perubahan sementara pada pendengaran, sehingga telinga akan terasa tersumbat. Pengulangan bunyi keras dapat menyebakan kehilangan fungsi pendengaran secara permanen yang tidak dapat disembuhkan atau tinnitus.
Para ahli kesehatan masyarakat juga mengkhawatirkan bahaya yang menyertai penggunaan terompet ini, Dikhawatirkan, angin yang bertiup kencang di sekitar vuvuzelas dapat menyebarkan virus flu dan bakteri ke sekeliling penonton.
Terompet yang ditemukan oleh Neil Van Schalkwyk, produsen plastik di Capetown Afrika Selatan itu memiliki bentuk seperti tanduk kijang hutan Kudu. Terompet ini telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku di seluruh Afrika Selatan untuk berkomunikasi dengan penduduk desa yang letaknya berjauhan.
Meskipun berbahaya, demam meniup terompet itu telah menjalar berbagai negara termasuk AS. Seperti dikutip dari AOL News, tim baseball Miami Florida Marlins akan membagi terompet mirip vuvuzela kepada 15 ribu fans pertama yang hadir pada pertandingan melawan Rays
Terompet ini juga dijual di situs dalam berbagai warna, bahkan banyak toko di Inggris menjual US$8 (Rp 72 ribu). Sementara itu, di Afrika Selatan, Van Schalkwyk yang pertama kali memproduksi dan memasarkan vuvuzela pada 2001 mengatakan akan terus menjual terompet tersebut. Hanya saja ia juga ikut serta memasarkan sepasang penutup telinga.
Studi yang dilaporkan South African Medical Journal menyebut penetrasi suara yang dikeluarkan dari terompet plastik sepanjang 39 inci bernama vuvuzela saat playoff bisa merusak pendengaran para pemain, wasit bahkan aparat keamanan.
Hal itu akibat ribuan penonton yang berjejalan di Stadium Loftus Versfeld yang membunyikan secara beramai-ramai.
Peneliti asal Afrika Selatan menemukan suara di stadion telah ‘mencapat tingkat berbahaya’ dengan rata-rata 131 desibel hingga 144 desibel. Dalam level ini, kerusakan permanen bisa terjadi jika didengar secara terus menerus selama 15 menit. Di lain pihak, rata-rata permainan sepakbola berlangsung selama satu setengah jam.
Sebagai perbandingan, bunyi klakson truk rata-rata memiliki tingkat kebisingan 95 hingga 100 desibel, berdasarkan studi dari ahli audio dan ahli lain di Division of Applied Research and Technology di National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). Sebuah jet yang lepas landas memiliki tingkat kebisingan hingga 120 desibel.
Di Amerika Serikat misalnya, Occupational Safety and Health Administration (OSHA) menetapkan secara spesifik bahwa pekerja hanya boleh terkena paparan kebisingan hingga 90 desibel selama 8 jam kerja setiap hari.
Suara yang menyebabkan hilangnya pendengaran dapat dihindari 100%, namun jika terlambat, kehilangan pendengaran dapat terjadi permanen dan tidak dapat diobati.
Sejalan dengan perayaan Piala Dunia, bahaya semakin tinggi karena ribuan vuvuzela ditiup pada saat yang sama sepanjang pertandingan. “Kehilangan fungsi pendengaran akibat suara adalah karena kondisi kerusakan syaraf atau sensorieural akibat bunyi berlebihan,” ujar ahli dari NIOSH.
Kehilangan fungsi pendengaran akibat suara disebabkan oleh kerusakan pada sel syaraf telinga bagian dalam (cochlea). Tidak sama seperti penyakit pendengaran lainnya kerusakan tersebut tidak dapat diobati secara medis.
Terlalu banyak kebisingan dapat menyebabkan perubahan sementara pada pendengaran, sehingga telinga akan terasa tersumbat. Pengulangan bunyi keras dapat menyebakan kehilangan fungsi pendengaran secara permanen yang tidak dapat disembuhkan atau tinnitus.
Para ahli kesehatan masyarakat juga mengkhawatirkan bahaya yang menyertai penggunaan terompet ini, Dikhawatirkan, angin yang bertiup kencang di sekitar vuvuzelas dapat menyebarkan virus flu dan bakteri ke sekeliling penonton.
Terompet yang ditemukan oleh Neil Van Schalkwyk, produsen plastik di Capetown Afrika Selatan itu memiliki bentuk seperti tanduk kijang hutan Kudu. Terompet ini telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku di seluruh Afrika Selatan untuk berkomunikasi dengan penduduk desa yang letaknya berjauhan.
Meskipun berbahaya, demam meniup terompet itu telah menjalar berbagai negara termasuk AS. Seperti dikutip dari AOL News, tim baseball Miami Florida Marlins akan membagi terompet mirip vuvuzela kepada 15 ribu fans pertama yang hadir pada pertandingan melawan Rays
Terompet ini juga dijual di situs dalam berbagai warna, bahkan banyak toko di Inggris menjual US$8 (Rp 72 ribu). Sementara itu, di Afrika Selatan, Van Schalkwyk yang pertama kali memproduksi dan memasarkan vuvuzela pada 2001 mengatakan akan terus menjual terompet tersebut. Hanya saja ia juga ikut serta memasarkan sepasang penutup telinga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar